DARI wilayah pedesaan perbukitan di Kabupaten Purbalingga, Sidik Nurcahyo, warga Desa Banjarkerta, Kecamatan Karanganyar kini kebanjiran order proyek 'Smart Home' dari orang-orang luar kota. 'Smart Home' adalah pemanfaatan ponsel pintar untuk mengendalikan lampu jarak jauh, meski pemiliknya bepergian ke luar kota sekalipun.
Ide dan kemampuannya membuat alat 'Smart Home' ini didapatkannya usai mengikuti Pelatihan Pengembangan Teknologi Internet of Things (IoT) Program Akselerasi Teknologi Robotika dan IoT (PATRIoT) yang dilaksanakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Purbalingga, Agustus lalu. Ide aplikasi 'Smart Home' ini dilatarbelakangi karena melihat kesibukan kerja orang kota yang bekerja pagi hingga malam hari.
"Dengan pengontrolan lampu rumah memudahkan sesorang ketika bepergian jauh (mudik), sibuk dengan pekerjaannya sampai larut malam dan aktivitas lainya. Jadi, mereka tidak perlu meminta tolong ke tetangga untuk menyalakan atau mematikan lampu di rumah mereka," jelas lajang yang saat ini mengajar di SMK 1 Karanganyar ini.
Dengan keberhasilannya membuat prototipe 'Smart Home' inilah, 'maker' (sebutan untuk inovator IoT, red) asal Purbalingga ini juga beberapa kali menjadi wakil 'orang desa' dalam lomba inovasi tingkat nasional termasuk di Kementerian Dalam Negeri beberapa waktu lalu. Saat ini, ia terus mengadakan riset dan pengembangan prototipe miliknya agar semakin sempurna dan dimanfaatkan optimal oleh masyarakat Indonesia.
"Cita-cita kedepan saya akan mengembangkan 'smart home' dengan pemanfaatan sumber energi dari matahari sebagai sumber listrik supaya lebih efisien dan ramah lingkungan. Kalau saat ini kontrol lampu dengan android yang saya buat masih menggunakan listrik PLN," jelasnya.
Sidik Nurcahyo, ide inovasi dengan basis pemanfaatan teknologi IoT ini juga telah muncul dari peserta pelatihan yang sama dari sejumlah kota antara lain di Majalengka, Pemalang, Tasikmalaya, Pemalang dan sejumlah kota lainnya. Alumni pelatihan Patriot Kominfo ini telah menjadi calon 'makers' IoT pemecah problematika di wilayahnya desanya masing-masing.
"Dari permasalahan yang ada di desa, sejumlah prototipe muncul dari orang desa antara lain, alat ukur tekanan air, pendeteksi stunting, alat kesuburan tanah, alat ukur hujan, pengatur suhu ruangan, kartu pintar penduduk, alat otomatis pemetaan, alat pendeteksi jentik nyamuk yang bisa dikendalikan lewat ponsel pintar android. Dengan prototipe inilah, orang desa bisa punya alat sendiri tanpa harus membeli dengan harga mahal kepada orang kota," jelas Andri Johandri, pemateri pelatihan Patriot Kementerian Kominfo yang keliling nusantara ini.
Solusi Kebutuhan Desa
Dengan pemanfaatan teknologi IoT inilah memungkinkan orang desa untuk berinovasi lebih cepat dibandingkan orang kota. Apalagi desa dengan kewenangan berskala lokalnya bisa menggunakan berbagai peluang untuk maju dan mandiri. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi lembaga strategis untuk merekrut para 'makers' IoT yang ada di desa.
"Dengan mempunyai ilmunya, orang desa tak perlu membeli alat hingga jutaan rupiah tetapi bisa membuatnya sendiri. Bayangkan jika nantinya inovasi-inovasi ini semakin banyak, maka 'Smart Village' akan terbentuk untuk kesejahteraan dan kemajuan Indonesia sehingga desa tidak gagap lagi menghadapi industri 4.0," jelas pendamping masyarakat Desa Ciptagelar, Banten ini.
Melalui pemanfaatan IoT inilah, diharapkan akan hadir 'makers' dan inovator yang semakin peduli terhadap desa secara berkelanjutan. Dengan hadirnya para 'makers' IoT di wilayah pedesaan inilah diharapkan akan semakin terbentuk ekosistem IoT dalam lingkup nasional. Dengan inilah diharapkan Indonesia bisa menjadi bagian dari pelaku aktif industri 4.0.
"Dengan IoT inilah diharapkan pengentasan kemiskinan khususnya di wilayah pedesaan bisa dilaksanakan secara massif oleh generasi muda dari pelosok desa sekalipun. Permasalahan yang da di desa diharapkan akan semakin teratasi dengan perangkat teknologi secara efektif dan efisien," ujar Presetya, pejabat dari Kementerian Kominfo saat mendampingi pelatihan IoT di Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Banyumas awal September lalu.
Ditekankan Prasetya, PATRIoT akan terus dilaksanakan menyeluruh ke wilayah nusantara khususnya menyasar warga desa. Apalagi PATRIoT ini bertujuan memberikan pelatihan kepada pengembang aplikasi untuk membangun perangkat IoT yang akan digunakan dan dimanfaatkan desa. Para pengembang aplikasi IoT dari desa ini menjadi salah satu jawaban atau perangkat untuk membangun industri 4.0 di Indonesia.
"Dengan adanya mereka maka akan tersedia, sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan dalam mengelola proses pekerjaan yang tersambung dengan sistem dan teknologi informasi. Dari para 'makers IoT dari tingkat desa inilah akan dihasilkan perangkat IoT yang tepat sesuai dengan kebutuhan desa sehingga mampu membangun pasar teknologi IoT melalui lembaga ekonomi dan keuangan tingkat desa," tegas Prasetya.
Sumber : https://www.suaramerdeka.com/news/baca/198088/wayahe-orang-desa-berinovasi-manfaatkan-iot