Keberhasilan pariwisata Candi Borobudur tak hanya diukur dari banyaknya kunjungan wisatawan ke situs bersejarah itu. Candi Borobudur juga bisa menjadi daya tarik bagi pelancong untuk datang ke desa-desa di sekitar candi dan menikmati keindahannya dari jauh.
Desa-desa di sekitar Candi Borobudur kemudian berbenah. Perangkat desa dan masyarakatnya mendorong layanan dan aktivitas wisata untuk menunjang kebutuhan turis yang datang ke Borobudur. Mereka mendapat pengetahuan optimalisasi potensi wisata dari Balai Ekonomi Desa atau Balkondes.
Direktur PT Manajemen Community Based Tourism atau CBT Nusantara, lembaga yang membawahi Balkondes di kawasan Borobudur, Jatmika Budi Santoso mengatakan saat ini ada 20 Balkondes yang beroperasi di kawasan Candi Borobudur. "Selama dua tahun terakhir, Balkondes menstimulasi munculnya berbagai kreativitas program yang dirintis desa," kata Jatmika dalam keterangan tertulis, Minggu 29 September 2019.
Tak hanya candi, menurut dia, sejatinya kawasan di Borobudur memiliki potensi tersembunyi yang dapat digali dan dioptimalkan, baik berupa produk, kerajinan, kesenian hingga potensi alamnya. Jatmika mencontohkan, salah satu potensi yang muncul setelah kehadiran Balkondes adalah optimalisasi tanaman cokelat di daerah Bigaran.
"Dulu masyarakat mejual komoditas cokelat dalam bentuk mentah," ujarnya. Sekarang, masyarakat Bigaran belajar bagaimana mengolah produk turunan buah kakao menjadi cokelat sehingga punya nilai lebih. Mereka menjadikannya bubuk kemudian diproses lagi menjadi cokelat batangan.
Potensi lain yang muncul dari Balkondes adalah kendaraan wisata berupa VW (Volks Wagen) Safari. Sebelumnya, masyarakat belum memahami bahwa moda transportasi memiliki nilai bisnis yang bisa dimanfaatkan di kawasan Candi Borobudur.
"Dua tahun lalu hanya ada empat unit VW Safari. Itupun dari PT Taman Wisata Candi atau TWC," kata Jatmiko. "Setelah diberi pemahaman bahwa kawasan heritage harus punya moda transportasi yang ikonik, akhirnya tanpa diminta, masyarakat berbondong-bondong berinvestasi VW Safari hingga sekarang jumlahnya 70 unit." Ada lagi potensi lain yang muncul, baik kerajinan, kesenian, produk makanan hingga potensi alam lainnya yang bisa ditawarkan kepada wisatawan.
Dari sisi kunjungan ke desa-desa di sekitar Candi Borobudur, terjadi peningkatan yang cukup signifikan sejak Balkondes beroperasi. Jatmika menjelaskan, pada awal beroperasi di 2016 hanya ada 91 ribu pengunjung. Namun pada 2018 naik signifikan menjadi 250 ribu pengunjung. Bahkan, pada semester satu 2019 angka kunjungan sudah mencapai 247 ribu pengunjung.
Balkondes yang sudah tumbuh dan berdaya tak lantas dibiarkan berjalan sendiri. Pihak pengelola terus menstimulasi program agar tiap Balkondes kian inovatif dan saling bersaing positif meningkatkan kinerjanya.
Sumber : https://travel.tempo.co/read/1253725/rahasia-desa-di-sekitar-candi-borobudur-dongkrak-kunjungan-wisata/full&view=ok